Satu Suro Penuh Dengan kesialan, Benarkah….

Jakarta.Metro Sumut

Peringatan Satu Suro identik dengan kegiatan mistis yang dibalut dalam adat masyarakat lokal. Berbagai tuah dan keberuntungan bakal terjadi di tanggal ini, jika seseorang melakukan hal-hal yang dalam kebiasaan masyarakat diwajibkan. Namun juga berlaku sebaliknya, mendapat kolo, celaka atau kesialan jika melanggar pantangan.Senin (27/10).

Informasi yang dihimpun Media ini, didalam Islam, Bulan Suro juga dikenal dengan sebutan Muharram. Di bulan ini, sejumlah peristiwa Islam penting terjadi di masa lalu. Seperti dijadikannya 1 Muharram sebagai awal penanggalan Islam di masa Khalifah Umar bin Khattab.

16 Muharram arah kiblat umat Islam berpindah, dari Masjid Al-Aqso Jerusalem ke Kabah di Makkah, hingga terbunuhnya Imam Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, di Karbala 81 Hijriyah.

Di Indonesia, Satu Suro diperingati dengan berbagai kegiatan. Ada pengajian, bertapa, kirab budaya, hingga ritual menyucikan keris atau senjata yang diyakini memiliki tuah.

Namun ada juga yang berkeyakinan jika di bulan Suro, seseorang dilarang untuk berbuat tingkah. Kalau melanggar pantangan, akibatnya bisa sial.

Benarkah kesialan seseorang berkaitan dengan sesuatu yang di luar takdir manusia, dalam hal ini berkaitan dengan bulan Suro?

Dalam Hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah berfirman "AKU disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (yang pengatur) waktu. Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang."

Di Hadis Qudsi ini, Allah menekankan bahwa segala sesuatu yang menyangkut manusia, sudah ada ketetapannya. Artinya, kesialan, jodoh atau keberuntungan seseorang bukan karena bulan Suro.

Dalam Hadis lain yang diriwayatkan Muslim, Nabi Muhammad memberitahu bahwa ada amalan yang lebih barokah ketika dikerjakan di bulan Suro,"Puasa yang paling utama setelah Ramadan, adalah puasa pada bulan Allah, yaitu Muharram.(Melvy).

Tidak ada komentar