Atas Peristiwa Negeri Syam, Dunia Berpura Pura

Negeri Syam.Metro Sumut
Kancah jihad negeri Syam berduka. Amir Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah, Syaikh Abu Abdillah Al-Hamawi Hasan Abud dan bersama sekitar 45 orang ulama dan komandan militernya gugur oleh sebuah serangan “gas beracun” saat mereka melakukan pertemuan di kota Raam Hamdan, pinggiran Idlib. Selasa (27/10/2015).

Informasi yang dihimpun Media ini, Assad dan pasukan koalisinya memborbardir terus kota-kota Ahlus Sunah dan wilayah sekitarnya di Syria selama 24 jam tanpa putus. Setelah Homs dan Aleppo hancur tanpa sisa, sementara Al Qusair dan Baniyas juga telah dibantai habis, kini pasukan Syiah terus menyerang ke arah kota Damaskus dan sekitarnya.

Lihatlah Dunia, ada puluhan ribu orang dibantai disana, mengapa kita hanya diam. Ada jutaan muslim menderita, ada ribuan anak yang menjadi yatim, ada ribuan muslimah yang sakit akibat derita. Ada Ratusan Wanita Diperkosa di depan Anak Anaknya, anak terbunuh dengan Keji di Negeri Syam.

Mengapa dunia hanya tetap diam sambil pura pura berduka, pura pura mengeluarkan simpati dan air mata. Kalaupun ada teriakan, teriakannya tak berguna, karena teriakan dan duka tak bisa mengenyangkan dan membuat mereka bahagia. Lalu apa gunanya istilah Ukhuwah itu saudara.

Syaikh Abu Mariya Al-Qahthani, salah seorang komandan senior dan anggota Majlis Syura Jabhah Nushrah, segera menulis sebuah pesan untuk mujahidin Ahrar Asy-Syam terkait gugurnya puluhan ulama dan komandan mereka.

Dalam pesan tersebut Syaikh Abu Mariya Al-Qahthani memberikan kesaksian bahwa para ulama dan penuntut ilmu dalam kelompok Ahrar Asy-Syam memiliki peranan sangat besar dalam meluruskan pemahaman-pemahaman yang salah di tengah kancah jihad Syam. Sebagian besar ulama, penuntut ilmu dan kalangan terpelajar di Suriah juga bergabung dalam kelompok Ahrar Asy-Syam.

Sementara itu perjuangan yang luar biasa bagi Ahmad Al-Sya’ara. Ia membawa kelima putranya berjihad ke Suriah dengan perjalanan yang panjang. Al-Sya’ara membawa kelima putranya berputar ke Eropa, tepatnya di Belanda, untuk kemudian melewati Turki dan masuk ke Bumi Syam.

Salah satu dari putranya bahkan masih sangat muda. Putranya yang bernama Usamah Al-Sya’ara masih berusia 13 tahun. Namun hal itu tak menghalangi keluarga yang cukup besar ini membawanya serta untuk berjihad di Syam. Ahmad dan putranya Usamah sendiri, telah dikenal lewat aksi unjuk rasa yang mereka lakukan di Tangiers, Maroko Utara, saat menentang penangkapan aktivis Islam.

Perjalanan keluarga ini menarik perhatian media-media barat. Shiraz Maher, dari King’s College London berkomentar: “Kita telah melihat banyak keluarga datang dari Kaukasus dan dari Asia Tengah dan banyak diantara mereka masih anak balita.” Daulah Islam Iraq dan Syam memang pernah merilis kumpulan keluarga yang berhijrah dari Asia Tengah, untuk bergabung bersama para mujahidin tersebut.

Seorang mujahidin dari Indonesia bahkan telah dikabarkan syahid di peperangan Suriah. Riza Fardi atau Abu Muhammad Al-Indunisi gugur dalam sebuah operasi. Jumlah para mujahidin pendatang memang nampak “membengkak” jika dibandingkan dengan aktivitas jihad di Afghanistan 1980-an. Keberadaan mujahidin di Suriah memang menjadi dilema bagi barat.(Red)



Tidak ada komentar