Buku Multi Level Dakwah Akan Segera Diluncurkan Untuk Permudah Pahami Dakwah

Medan.Metro Sumut
Pada ayat yang terdahulu telah disebutkan, bahwa diturunkannya al-quran kepada Nabi Muhammad saw adalah merupakan suatu rahmat bagi manusia. Kemudian dalam ayat ini Allah menjelaskan pula rahmatNya yang lain, yaitu ; bahwa setiap rasul diutus Nya kepada manusia menggunakan bahasa yang dipakai kaumnya, sehingga mudah terlaksana hubungan komunikasi antara para Rasul tersebut dengan umat mereka untuk memberikan penjelasan dan bimbingan kepada umat-umat tersebut. Senin (31/08/2015).

M.Amiruddin SE Penyusun Buku Multi Level Dakwah yang akan segera diluncurkan  mengatakan keberadaan Penyusun Buku Multi Level Dakwah  “ Pada Manusia Moderen Dalam Pembekalan Agama Menjadi Insan Bagai Firman Allah Berjalan “ (Penerbit CV.Amirul Muslimin), 400 halaman yang akan segera diluncurkan dalam Bahasa Indonesia,Bahasa Inggris dan sebagainya, ini bisa membantu memberikan pencerahan pemahaman keagamaan masyarakat di Indonesia. Diharapkan pula, hal ini akan meningkatkan minat baca umat Islam tak hanya di Indonesia “ Kata Amiruddin.

Lanjut Amiruddin, Jadi jika dilihat dalam penafsiran diatas bahwa dalam berdakwah kita dituntut untuk menggunakan bahasa yang dimengerti oleh orang yang mendengarkan (mad’u), sehingga pesan yang akan disampaikan akan dapat dimengerti si mad’unya, dan miss komunikasi pun akan terhindari “ Ungkap Amiruddin.

Menurut Amiruddin, Pada dasarnya disaat kita ingin menyampaikan atau menyerukan dakwah kepada orang lain, yang diutamakan ialah dimana pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh mad’u tersebut, sehingga tujuan dakwah yang sesungguhnya ialah membuat orang dapat berubah yang dulunya kurang baik menjadi lebih baik lagi, dan yang semulannya tidak taat kepada Allah menjadi lebih taat kepada Allah ” Ucap Amiruddin.

Amiruddin menjelaskan, Bahasa dakwah ialah bahasa tutur atau bahasa percakapan ketika seseorang da’I menyusun pidato dakwahnya secara tertulis, maka dia harus berasumsi bahwa hasil tulisannya itu adalah untuk didengar, bukan untuk dibaca “ Jelas Amiruddin.


Amiruddin menambahkan, Terkadang banyak para da’i kita kurang memahami perbedaan prinsip antara bahasa tutur dan bahasa tulisan, sehingga ketika dia menyusun karangan pidato dakwahnya menjadi tidak menarik, terkesan kaku, dan janggal. Kalimatnya panjang-panjang sehingga pendengar akan merasa sulit untuk menangkap dan memahaminya “ Tambahnya.(Hamnas).

Tidak ada komentar