Geng Motor Remaja Bermutasi Jadi Geng Perampok

Jakbar.Metro Sumut
Setahun terakhir, remaja di Jakarta yang terlibat geng motor, bermutasi menjadi para perampok sepedamotor yang melakukan aksi kejahatan. Sabtu (06/01/2018).

Tanggal 20 Desember 2017 pukul 05.00, Muhammad Bayu Ardiansyah (17) menjadi korban mereka saat melintas di Jalan Tanjung Duren, Tanjung Duren Selatan, Grogol Petamburan, Jakarta Barat (Jakbar).

Saat itu segerombolan remaja berboncengan sepeda motor, memepet korban sambil mengacungkan senjata tajam. Karena panik dan takut, Bayu turun dari motor dan berlari menyelamatkan diri. Kendaraan korban dibawa pelaku.“Para pelakunya anggota geng motor, masih di bawah umur. Mereka mendapatkan korban dengan memepet sepeda motor korban beramai-ramai sambil mengacungkan senjata tajam mengancam korban,” tutur Kanit Reskrim Polsek Tanjung Duren, Jakbar, Ajun Komisaris Rensa Aktadevia, Jumat, (5/1/2018). Bagi korban, suasana kengerian seperti ini membuat korban menyerah sebelum melawan.

Setelah mendapat laporan, polisi pun memburu pelakunya. Mereka diketahui berada di depan minimarket di Jelambar, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, menggunakan kendaraan korban.“Tanpa perlawanan kedua pelaku  akhirnya berhasil ditangkap, dengan motor hasil curian,” ujar AKP Rensa.

Dari hasil pemeriksaan, AKP Rensa menjelaskan, geng motor ini memang awalnya cuma tawuran dengan geng motor lain. “Tetapi mungkin untuk membiayai kegiatan mereka, mereka akhirnya merampok,” ujarnya.

Dalam kasus ini, dua remaja ditetapkan sebagai tersangka. Ia adalah RPP(17) dan JH (15).

Meski dibawah umur, keduanya tetap menjalani proses hukum, sesuai undang-undang yang berlaku. Dalam pemeriksaan, keduanya mengaku baru sekali merampok sepeda motor.“Kami masih melakukan pengejaran terhadap pelaku lain yang ikut merampok,” ujar AKP Rensa.

Heroisme

Menanggapi hal ini, Ketua Apsifor (Asosiasi Psikologi Forensik) Reni Kusumowhardani yang dihubungi terpisah mengatakan, mutasi geng motor dari kelompok tawuran menjadi kelompok perampok ini berhubungan dengan pencarian nilai heroisme baru kelompok mereka.

Nilai heroisme dalam geng motor ditentukan oleh seberapa berani mereka melanggar hukum. Semakin banyak melanggar hukum, dan semakin berani melanggar pasal pasal pidana yang lebih berat, maka geng motor yang bersangkutan menjadi lebih “exist”.“Kalau tawuran sudah mereka anggap biasa dan banyak dilakukan oleh geng lain, maka mereka akan mencari tindakan yang lebih berisiko tinggi melanggar hukum. Dari sekadar tawuran, merampok,” papar Reni

Ia berpendapat, remaja yang terlibat geng motor umumnya remaja yang terpinggirkan oleh lingkungannya karena dinamika perilaku mereka yang masih labil dan sering merepotkan lingkungannya. Di dalam ke luarga pun, mereka tidak bisa membangun identitas diri yang sehat karena tiadanya figur orangtua. Di sisi lain, tak banyak pilihan kegiatan yang menarik bagi mereka.

Solusinya? “Lingkungan harus berani menerima mereka kembali dengan segala kerepotannya. Bersama dengan mereka membuat sejumlah kegiatan yang menarik bagi para remaja ini. Orangtua mereka harus lebih serius untuk bisa menjadi teladan para remaja. Dengan demikian, para remaja bisa menemukan figur yang baik, dan menjadi figur baik yang mereka maui,” jelas Reni.

Di sisi lain, polisi dan aparat keamanan lainnya berani membubarkan paksa geng motor yang sudah sering terjerat tindak pidana.(Humas Polsek Tambora).



Tidak ada komentar