Menjelang Bulan Puasa,Suhu Panas di Kota Medan

Medan,Metro Sumut
Menyambut Bulan Suci Ramadhan suhu panas kembali melanda wilayah Medan dan sekitarnya tiga hari terakhir. Berdasarkan data pengamatan di Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan tercatat suhu mencapai angka 36.6 derajat celcius tepat pada 9 Juni 2014. Pada hari tersebut merupakan suhu tertinggi yang terjadi di bulan Juni tahun ini. Suhu panas ini juga dirasakan sejak tanggal 6 Juni 2014, yaitu di rentang angka 34.6 derajat celcius sampai dengan 36.6 derajat celcius dan masih berlangsung hingga saat ini. Jika dibandingkan dengan kondisi sepekan sebelumnya, suhu saat itu masih cukup sejuk dikarenakan pada awal bulan Juni hujan masih cukup sering terjadi di wilayah kota Medan, Sumatera Utara.
                             
Suhu yang panas ataupun dingin bisa dikategorikan sebagai salah satu fenomena cuaca ekstrem. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dalam tugas pokok dan fungsinya, bertugas memberikan informasi kepada masyarakat terkait fenomena cuaca dan iklim ekstrem. Mengenai fenomena cuaca ekstrem ini tertuang dalam peraturan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (KBMKG) Nomor KEP. 009 Tahun 2010 tentang Standard Operating Procedure (SOP) peringatan dini, pelaporan, dan desiminasi informasi cuaca ektrem.


Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa suhu udara dikatakan ekstrem adalah ketika kondisi suhu udara yang mencapai 3 derajat celcius atau lebih di atas nilai normal setempat, dengan nilai normal merupakan rataan dari series data 30 tahun terakhir. Berdasarkan data pengamatan dari Stasiun Meteorologi Polonia BMKG periode tahun 1981 sampai dengan 2010, normal suhu rata-rata untuk wilayah kota Medan adalah 27.5 derajat Celcius, dan normal suhu maksimum adalah 32.9 derajat Celcius.
Sehingga untuk bulan Juni suhu udara panas yang dikategorikan suhu ekstrem adalah lebih besar dari 35.9 derajat Celcius. Dari data pengamatan sejak berdirinya Stasiun Meteorologi Polonia BMKG yaitu periode tahun 1977 sampai dengan 2013, di stasiun tersebut tercatat 66 kali suhu ekstrem bernilai lebih besar dari 35.9 derajat celcius yang pernah terjadi di wilayah kota Medan.

Untuk suhu ekstrim yang pernah terjadi di bulan Juni tercatat 20 kali dan merupakan bulan terbanyak terjadinya suhu panas ekstrim selama periode 1977 sampai 2013. Lima kejadian suhu ekstrem tertinggi di wilayah kota Medan yang tercatat dari data stasiun tersebut yaitu pada tanggal 09 Agustus 1997 sebesar 39.2 derajat celcius, tanggal 05 April 1990 sebesar 39.0 derajat celcius, 09 September 1981 sebesar 37.1 derajat celcius, dan sebesar 36.9 derajat Celcius terjadi pada tanggal 08 Agustus 2005 dan tanggal 12 Juni 2012.  

Selama periode satu tahunan, bulan Mei dan Juni merupakan bulan dengan normal suhu udara rata-rata tertinggi dan untuk normal suhu maksimum yang tertinggi terjadi di bulan Juni. Kondisi ini berkaitan dengan pola musim, dimana secara umumnya wilayah kota Medan, Sumatera Utara mengalami dua kali periode musim kering (kemarau) dan dua kali periode musim basah (hujan).

Periode pertama umumnya terjadi akhir bulan Januari sampai dengan Maret dan periode kedua umumnya terjadi di bulan Juni sampai dengan awal Agustus. Menurut BMKG,  permulaan musim kemarau ditandai dengan jumlah curah hujan selama satu dasarian (10 hari),  kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh minimal dua dasarian berikutnya berturut - turut dengan jumlah kurang dari 50 milimeter.

Pada bulan Juni 2014 cukup tingginya suhu udara juga berkaitan dengan posisi matahari yang berada di utara ekuator sehingga cukup dekat dengan posisi Sumatera Utara yang juga berada di utara ekuator. Selain itu akibat dari pergerakan semu matahari ke Belahan Bumi Utara menyebabkan Monsun Barat Daya yang umumnya membawa uap air yang lebih sedikit mendominasi di wilayah Sumatera Utara.
Kondisi ini menyebabkan sulitnya pertumbuhan awan-awan hujan sehingga pada bulan Juni, cuaca cerah dan panas berpeluang besar untuk terjadi. Untuk tahun ini menurut hasil prakiraan musim kemarau yang telah dirilis oleh BMKG untuk wilayah Sumatera Utara periode musim kering kedua diprediksi terjadi dari awal bulan Juni hingga akhir Juli 2014. Dengan demikian potensi terjadinya suhu udara yang panas masih berpeluang terjadi hingga bulan Juli 2014 nanti.

Dengan kondisi cuaca yang panas potensi terjadinya kebakaran hutan dan  lahan akan semakin besar. Tidak menutup kemungkinan puntung rokok dan gesekan dari benda-benda seperti batu dapat memicu percikan api yang bisa menimbulkan kebakaran hutan dan lahan. Untuk saat ini berdasarkan pantauan dari citra Satelit NOAA aktivitas dari titik-titik panas sudah mulai teramati aktif di beberapa wilayah khususnya di Wilayah Riau  yang setiap tahunnya pada musim kemarau selalu mengalami kebakaran hutan yang cukup besar.

Data titik-titik panas pada bulan Juni ini teramati meningkat sejak tanggal 6 Juni 2014. Data titik panas terbanyak terdapat pada 07 Juni 2014 sebanyak 43 titik panas dan 37 titik panas teramati pada esok harinya. Provinsi Riau dan Kepulauan Riau merupakan daer ah dengan jumlah titik panas yang terbanyak. Untuk wilayah provinsi Sumatera Utara hingga saat ini masih belum terlalu signifikan jumlah titik panas yang terdapat di wilayah ini.


Selain itu dengan meningkatnya suhu juga dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi, sehingga ada baiknya pada saat cuaca yang panas seperti sekarang ini konsumsi air putih dan buah-buahan segar semakin ditingkatkan.(HN)

Tidak ada komentar