Harga TBS Anjlok, Harga Pupuk Malah Meroket, Disbun Diminta Bertindak
Labura.Metro Sumut
Harga jual panen perkebunan kelapa sawit di tingkat petani terus mengalami penurunan harga.
Hal ini membuat petani kebun sawit di Desa Sei Sentang, Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhan Batu Utara (Labura) menjerit.
Ditengah harga beli Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang terus turun, harga pupuk malah meroket naik, kondisi ini membuat petani kebun sawit semangkin kesulitan dalam ekonomi.
Petani sawit meminta Pemkab Labura melalui Dinas Perkebunan (Disbun) untuk turun kesetiap PKS meninjau harga beli TBS.
Harga TBS turun setelah Lebaran Idul Fitri 1445 H tahun 2024. Dimana sebelumya harga jual petani ditingkat toke penampung TBS per kilo gram (Kg) Rp 1750 (seribu tujuh ratus lima puluh perak) dan kini hanya tinggal Rp 1550 (seribu lima ratus lima puluh perak) per kilo gram.
Salah seorang petani sawit di Desa Sei Sentang, Amin mengungkapkan, harga beli sawit di tingkat petani terus menerus mengalami penurunan harga.
"Setelah Hari Raya Idul Fitri dari harga beli Rp 1750 perak per kilo sekarang tinggal Rp 1550 perak per kilo gram, sementara harga pupuk terus naik," kata Amim kepada Metro Sumut (MS), Minggu (12/5/2024).
Lanjut Amin, dampak dari terus menurun harga jual sawit ditingkat petani membuat perekonomian masyarakat semangkin terpuruk.
"Rata-rata penghasilan masyakat disini dari hasil perkebunan kelapa sawit, begitu harga beli sawit turun secara spontan ekonomi masyarakat terpuruk," akunya.
Menurut Amim, keluhan petani kebun sawit saat ini ibarat pepatah sudah jatuh ditimpa tangga, sudah jual sawit turun malah harga beli pupuk terus mengalami kenaikan harga.
"Tak sebanding lagi hasil penen untuk beli pupuk, sekarang ini, jangankan beli pupuk, untuk makan saja masyarakat sulit, dari itu kami berharap kepada Dinas Perkebunan agar mengcroscek harga beli sawit ditingkat petani, karena kalau lama-lama seperti ini tidak menutup kemungkinan angka kemiskinan terus bertambah," pungkasnya. (Rusman Wapemred).

Post a Comment