Sapi-sapi Raksasa Perlu Dikembangkan Di RI
Jakarta.Metro
Sumut
Hari
Raya Idul Adha 1437 H Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyumbangkan sapi raksasa
seberat 1,5 ton untuk kurban di Masjid Istiqlal, Jakarta. Sapi kurban Jokowi
tersebut adalah hasil persilangan antara Sapi PO (Peranakan Ongole) dengan Sapi
Brahman. Bobotnya sekitar 3 kali lipat sapi lokal, dagingnya jauh lebih banyak.
Selasa (13/09/2016).
Informasi
yang dihimpun Media ini, Sekjen Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia
(PPSKI) Rochadi Tawaf mengatakan sapi raksasa seperti itu perlu
dikembangbiakkan, digenjot populasinya secara serius bila Indonesia ingin
mempercepat swasembada sapi. Ada beberapa jenis sapi raksasa yang dapat
disilangkan dengan sapi-sapi asli Indonesia, yaitu Sapi Limosin, Sapi Brahman,
Sapi BX alias Brahman Cross, dan Sapi Simmental. Membesarkan 1 sapi raksasa ini
saja sudah setara dengan 3 ekor sapi biasa “ Katanya.
Lanjut
Rochadi, Tetapi sapi-sapi raksasa itu tidak boleh disilangkan sembarangan
dengan sapi-sapi lokal. Bila dilakukan asal-asalan, ada berbagai dampak negatif
yang mesti dihadapi,” Kita harus melakukan breeding dengan terarah. Banyak
cerita negatif dari hasil persilangan, meski banyak juga yang sukses “
Ucaapnya.
Menurut
Rochadi, Persilangan bisa
menghasilkan bibit sapi unggul, tapi bisa juga menciptakan bibit yang kurang
berkualitas. Alih-alih menciptakan sapi yang besar, subur, kuat, sehat, bisa
jadi yang keluar justru sapi yang sulit birahi, sulit beranak dan sebagainya “
Ungkapnya.
Rochadi
menjelaskan, Yang harus diperhatikan juga, jangan sampai persilangan membuat
varietas sapi asli Indonesia hilang. Kemudian sapi hasil persilangan jangan
dibiarkan kawin sedarah karena akan menghasilkan keturunan yang tidak bagus,” Varietas
lokal yang bagus bisa hilang kalau breeding tidak terarah, jadi harus terarah.
Nggak boleh juga kawin sedarah, nanti jadi jelek “ Jelasnya.
Beberapa
contoh varietas sapi hasil persilangan yang berhasil di Indonesia adalah
Simmental-PO dan Simmental-Bali. Sedangkan di Australia, Sapi BX adalah salah
satu cerita sukses.
Masalahnya,
Indonesia lemah dalam hal kontrol terhadap persilangan-persilangan sapi. Kalau
kontrol lemah, besar kemungkinan yang terjadi adalah kegagalan. Ini perlu
diantisipasi kalau pemerintah serius mau menggenjot jumlah sapi raksasa,” Yang
penting harus terarah. Di kita, kelemahannya adalah tidak terarah. Harus ada
yang mengawal proses persilangan “ Terangnya.
Selain
itu, Indonesia perlu mengharmoniskan aturan terkait penggunaan hormon
pertumbuhan untuk sapi. Di Indonesia, hormon pertumbuhan dilarang dengan alasan
sapi yang menggunakannya dapat membahayakan bila dikonsumsi manusia.
Padahal,
hormon pertumbuhan lazim digunakan di berbagai negara, hanya saja diatur hormon
pertumbuhan mana saja yang boleh dan tidak boleh digunakan. Australia yang
mengekspor sapi ke Indonesia pun memakainya untuk penggemukan sapi.
Rochadi
menambahkan, Hormon natural tidak akan membahayakan, yang berisiko hanya hormon
sintesis. Maka regulasi yang ada perlu direvisi untuk mempermudah pengembangan
sapi raksasa,” Teknologi harus masuk. Di kita hormon pertumbuhan dilarang,
padahal sapi Australia saja pakai. Kita minta natural hormon, bukan hormon
sintetis, tidak akan membahayakan kesehatan manusia yang mengonsumsi sapi “
Tambahnya.
Rochadi
melanjutkan, sapi berukuran jumbo yang cocok untuk dikawinkan dengan sapi-sapi
lokal dan dikembangbiakkan dalam jumlah besar adalah Sapi BX dan Sapi Brahman.
Sebab, sapi BX adalah keturunan Sapi Brahman, sama dengan Sapi Peranakan Ongole
(PO) yang sudah banyak di Indonesia.
Sapi
BX dan Sapi Brahman yang berasal dari India dikenal tahan panas dan tahan
penyakit, cocok dengan kondisi alam Indonesia. Sedangkan Sapi Limousine dan
Sapi Simmental yang berasal dari Eropa kurang tahan banting,” Sapi PO dan Sapi
Brahman Cross (BX) akan jauh lebih bagus. Limousine itu sapi dari Eropa, lebih
tidak tahan panas “ Tuturnya.(Sandy).
Post a Comment