Gubsu Optimis Inflasi Sumut Stabil
Memasuki
triwulan III tahun 2017, tingkat inflasi di Sumut mencapai 1,82 persen. Angka
ini masih di bawah rata-rata nasional yang mencapai 2,66 persen. Begitupun,
diharapkan tingkat inflasi di Sumut hingga akhir tahun dapat terkontrol dengan
baik, sehingga dibutuhkan pengendalian terutama pada sektor penyumbang terbesar
laju inflasi.
Hal
itu diungkapkan Gubsu, Tengku Erry Nuradi dalam rapat koordinasi Tim Pengendali
Inflasi Daerah (TPID) se Sumut yang digelar di Kantor Perwakilan BI Sumut, Rabu
(11/10). Turut hadir Kepala Perwakilan BI Sumut, Arif Budi Santoso, Kepala BPS
Sumut, Syech Suhaimi, Kepala Bulog Divre Sumut, Benhur Ngkaimi, Plt Sekda
Provsu, Ibnu Hutomo, Asisten Ekbang Pemko Medan, Qamarul Fattah serta sejumlah
unsur pimpinan SKPD Provsu dan Pemko Medan.
Dikatakan
Erry, inflasi di Sumut selama ini memang cukup fluktuatif. Kalau dilihat dari
data yang ada pada tahun 2014, inflasi Sumut mencapai 8,17 persen. Tahun 2015
bergerak turun 3,24 persen dan tahun 2016 sempat kembali naik 6,24 persen.
Sementara hingga triwulan III tahun 2017, inflasi Sumut mencapai 1,84 persen.
“Kita
berharap inflasi di Sumut stabil dan tetap bisa terkontrol dengan baik.
Tentunya dengan tingkat inflasi yang rendah, sementara pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, tentu kita akan dapat merasakan kesejahteraan masyarakat bertambah.
Tapi kalau sebaliknya, pertumbuhan ekonomi tetap tapi inflasi tinggi kondisinya
tidak akan dirasakan oleh masyarakaat. Makanya kita harus benar-benar
mengendalikan inflasi,” papar Erry.
Lebih
lanjut dikatakan Erry, tim harus benar-benar mampu mengendalikan inflasi,
terutama terhadap sector-sektor yang selama ini menjadi penyumbang terbesar
inflasi, seperti sector pangan. Selain itu sector transportasi, listrik, energy
dan lainnya.
“Dalam
waktu tiga bulan ini kita harus benar-benar menjaga agar kondisi inflasi
stabil. Saat ini ketersediaan pangan kita mencukupi mulai dari beras dan
lainnya. Kalau produksi cukup, dan kita tidak khawatirkan dari sisi supplay,
kita juga harus memperhatikan distribusinya. Jangan sampai pasokan ada tapi
distribusi tersendat. Makanya tim yang ada yaitu Satgas Pangan juga harus
bekerja,” ujar Erry.
Erry
juga mengharapkan dengan keberadaan tim satgas pangan, maka nantinya dapat
mengantisipasi agar produksi yang berlebih menjadi langka di pasaran karena
adanya oknum tertentu yang melakukan penimbunan barang.
“Makanya
tim satgas pangan yang di dalamnya ada kepolisian harus bertindak untuk
mengecek orang atau oknum yang ingin melakukan penimbunan. Ini dalam rangka
menjaga stabilitas harga pangan di pasar. Kita harap tim dapat melakukan
operasi dan kami ingatkan kepada para pedagang untuk jangan mencoba bermain
lakukan penimbunan barang. Sebab, kalau tim satgas pangan turun tidak ada
istilah perdata tapi sudah pidana,” tegas Erry.
Erry
mengatakan, dirinya yakin kalau produksi baik, begitu juga dengan distribusinya
baik maka inflasi Sumut akan terkendali. Namun, menurut dia yang masih perlu
diperhatikan adalah sector transportasi. Sebab, biasanya di akhir tahun akan
terjadi pergerakan masyarakat yang pulang kampong terutama di hari besar
keagaaman dan tahun baru. Hal ini tentu saja harus diantisipasi untuk menjaga
kestabilan inflasi.
Sebelumnya,
Kepala BPS Sumut, Syech Suhaimi mengatakan, inflasi Sumut di bulan September
2017 mencapai 0,99 persen, sementara inflasi nasional bulan September 0,13
persen. Sementara secara kumulatif Januari-September inflasi Sumut 1,82 persen
sedangkan inflasi nasional secara kumulatif mencapai 2,66 persen.
“Kota
Medan merupakan kota tertinggi inflasi di Sumut yakni 1,08 persen (September)
sementara inflasi kumulatifnya 1,79 persen. Setelah itu Sibolga inflasi
September 0,93 persen dengan inflasi kumulatif 1,25 persen. Pematangsiantar
inflasi September 0,55 persen dan inflasi kumulatif 2,14 persen. Selain itu,
Padang Sidempuan inflasi September 0,40 persen dan inflasi kumulatif 2,11
persen,” kata Suhaimi.
Lebih
lanjut dikatakan Suhaimi, inflasi Sumut dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan
memberi andil 0,50 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberi andil
0,41 persen, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
sebesar 1,27 persen. Kelompok sandang pangan 0,60 persen, kelompok kesehatan
0,08 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,02 persen dan
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan memberikan andil inflasi
0,48 persen.
Kepala
Perwakilan BI Sumut, Arif Budi Santoso mengatakan, khusus untuk Sumut harga
cabai memang lebih dominan mempengaruhi inflasi. Dari Februari 2014 hingga
Agustus 2017, persentase cabai mempengaruhi inflasi mencapai 0,77 persen.
“Grafik kenaikan harga cabai ini memang lebih dominan mempengaruhi inflasi.
Inilah yang harus kita kendalikan, salah satu upaya yang sudah dilakukan TPID
Medan adalah membentuk asosiasi pedagang cabai,” kata Arif. (Humas
Provsu)-(Riva)
Post a Comment