Ombak Tinggi Disertai Cuaca Buruk, Ratusan Kapal Ikan Tidak Melaut
Belawan.Metro Sumut
Ombak tinggi disertai anomali cuaca buruk yang belakangan terjadi, membuat ratusan kapal ikan Nelayan enggan melaut.
Tak hanya itu, Ombak yang diperkirakan mencapai 3 hingga 6 meter serta guyuran hujan pada malam hari sampai pagi juga dikhawatirkan akan berdampak buruk terhadap keselamatan jiwa nelayan.
Zainal (45) nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudra Gabion Belawan (PPSB) mengungkapkan, akibat ombak tinggi dan cuaca buruk ia terpaksa tidak melaut.
"Sudah dua hari saya tidak melaut. Hal itu dikarenakan situasi gelombang yang mencapai tinggi 3 hingga 6 meter dan hujan deras disertai petir terus-menerus," ungkap Zainal saat berbincang dengan Kitakini.news.
Hal sama dikatakan Nelayan Jalan Young Pana Hijau, Medan Marelan, Yusuf (45). Kondisi ombak yang relatif tinggi di atas dua meter sebenarnya, bisa diharungi nelayan, namun karena terbatasnya jarak pandang 20 meter akibat kabut asap, menimbulkan kekhawatiran bagi nelayan bila terjadi tabrakan antar kapal yang sedang berlayar.
"Kalau masalah ombak, nelayan masih bisa menyiasati bila siang hari, namun kalau keterbatasan jarak pandang, itu yang dikhawatirkan nelayan karena takut terjadi tabrakan dengan sesama kapal ikan maupun kapal niaga atau tanker yang sedang berlayar," ujar Yusuf.
Berkaitan dengan itu, Syamsul Bahri Nasution, pedagang ikan mengaku, sebagian besar nelayan tidak melaut karena tingginya gelombang ombak dan terhalang jarak pandang yang hanya 20 meter.
"Kemarin, sejumlah nelayan yang sudah berangkat melaut kembali ke pangkalan, karena tingginya ombak dan jarak pandang hanya 20 meter," ujar Syamsul kerap membeli ikan hasil tangkapan para nelayan di Tangkahan Jalan Yong Panah Hijau, Medan Marelan.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Aliansi Nelayan Selat Malaka Sumatera Utara, Abdul Rahman mengungkapkan, sangat perihatin atas ketidak melaut para nelayan yang disebabkan oleh ombak tinggi dan kumpulan asap kabut dari kebakaran hutan di Riau yang telah menyelimuti di perairan Belawan.
"Kita tentu sangat prihatin dengan kondisi ini. Karena dengan tidak melautnya para nelayan berdampak dengan mata pencarianya untuk menafkahi keluarga," ungkap Bendahara Himpunan Pedagang Ikan Gabion Belawan (Hipigab).
Dengan demikian, Abdul Rahman minta kepada Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Belawan untuk memperhatikan nasib para nelayan yang enggan melaut karena cuaca buruk dan kabut asap.
"Dalam hal ini. Kita minta pemerintah terkait untuk memperhatikan kondisi nelayan. Mereka tidak melaut bukan karena keinginannya. Namun, ombak tinggi dan asap kabut kebakaran hutan Riau telah menyelimuti, membuat khawatir untuk pergi melaut," tandas Ketua Karang Taruna Kecamatan Belawan. (Meq/red).
Ombak tinggi disertai anomali cuaca buruk yang belakangan terjadi, membuat ratusan kapal ikan Nelayan enggan melaut.
Tak hanya itu, Ombak yang diperkirakan mencapai 3 hingga 6 meter serta guyuran hujan pada malam hari sampai pagi juga dikhawatirkan akan berdampak buruk terhadap keselamatan jiwa nelayan.
Zainal (45) nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudra Gabion Belawan (PPSB) mengungkapkan, akibat ombak tinggi dan cuaca buruk ia terpaksa tidak melaut.
"Sudah dua hari saya tidak melaut. Hal itu dikarenakan situasi gelombang yang mencapai tinggi 3 hingga 6 meter dan hujan deras disertai petir terus-menerus," ungkap Zainal saat berbincang dengan Kitakini.news.
Hal sama dikatakan Nelayan Jalan Young Pana Hijau, Medan Marelan, Yusuf (45). Kondisi ombak yang relatif tinggi di atas dua meter sebenarnya, bisa diharungi nelayan, namun karena terbatasnya jarak pandang 20 meter akibat kabut asap, menimbulkan kekhawatiran bagi nelayan bila terjadi tabrakan antar kapal yang sedang berlayar.
"Kalau masalah ombak, nelayan masih bisa menyiasati bila siang hari, namun kalau keterbatasan jarak pandang, itu yang dikhawatirkan nelayan karena takut terjadi tabrakan dengan sesama kapal ikan maupun kapal niaga atau tanker yang sedang berlayar," ujar Yusuf.
Berkaitan dengan itu, Syamsul Bahri Nasution, pedagang ikan mengaku, sebagian besar nelayan tidak melaut karena tingginya gelombang ombak dan terhalang jarak pandang yang hanya 20 meter.
"Kemarin, sejumlah nelayan yang sudah berangkat melaut kembali ke pangkalan, karena tingginya ombak dan jarak pandang hanya 20 meter," ujar Syamsul kerap membeli ikan hasil tangkapan para nelayan di Tangkahan Jalan Yong Panah Hijau, Medan Marelan.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Aliansi Nelayan Selat Malaka Sumatera Utara, Abdul Rahman mengungkapkan, sangat perihatin atas ketidak melaut para nelayan yang disebabkan oleh ombak tinggi dan kumpulan asap kabut dari kebakaran hutan di Riau yang telah menyelimuti di perairan Belawan.
"Kita tentu sangat prihatin dengan kondisi ini. Karena dengan tidak melautnya para nelayan berdampak dengan mata pencarianya untuk menafkahi keluarga," ungkap Bendahara Himpunan Pedagang Ikan Gabion Belawan (Hipigab).
Dengan demikian, Abdul Rahman minta kepada Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Belawan untuk memperhatikan nasib para nelayan yang enggan melaut karena cuaca buruk dan kabut asap.
"Dalam hal ini. Kita minta pemerintah terkait untuk memperhatikan kondisi nelayan. Mereka tidak melaut bukan karena keinginannya. Namun, ombak tinggi dan asap kabut kebakaran hutan Riau telah menyelimuti, membuat khawatir untuk pergi melaut," tandas Ketua Karang Taruna Kecamatan Belawan. (Meq/red).
Post a Comment