Keterangan Berubah-Ubah, Terdakwa Mengaku Mendapat Tekanan


Medan.Metro Sumut
Sidang kasus dugaan korupsi pengadaan seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) Dinas Pendidikan Kabupaten Langkat tahun 2023 di Pengadilan Negeri Medan memasuki agenda baru, yakni mendengarkan keterangan saksi mahkota. Di mana giliran para terdakwa menjadi saksi terhadap terdakwa yang lain.

Dalam kesaksiannya, Awaluddin mengakui terang-terangan terkait dirinya yang mencari para guru honor yang mau diurus untuk bisa lulus seleksi P3K. Dia menjalankan perannya setelah diajak terdakwa Alek Sander.

Sedikitnya ada 33 guru honor yang direkrut Awaluddin dengan nilai uang yang beragam, yakni mulai dari Rp 35 juta sampai Rp 70 juta. Setelah uang diterima, Awaluddin memberikan sejumlah uang dengan nilai beragam kepada para kepala sekolah yang merekomendasikan guru honor yang mau diurus. Selanjutnya Awaluddin menyetorkannya ke Alek Sander.

Kemudian dalam kesaksian terpisah, Alek Sander mengakui keterangan Awaluddin. Namun terdakwa Saiful Abdi membantah pernyataan Alek Sander dengan mengatakan dirinya tidak pernah memerintahkan Alek untuk mencari guru honor guna diurus dalam seleksi P3K. Bahkan Saiful Abdi pun tidak tahu terkait uang yang dibawa Alek Sander dan diletakkan di teras rumah Saiful.

Sementara itu, sejak mengawali persidangan, baik hakim, jaksa dan juga para penasihat hukum mempertanyakan terkait keterangan Alek Sander yang berubah-ubah, bahkan sejak mulai dari proses pemeriksaan di kepolisian. Terhitung ada 3 kali di Poldasu Aleksander merubah keterangannya di Poldasu.

Selintingan terdengar, Alex Sander mengalami ketakutan karena ada kekuatan besar yang memaksanya untuk menyeret sejumlah pihak ke dalam perkara ini.

Hal itu berbeda jauh dengan keterangan Rohayu Ningsih. Dia mengaku terjerat dalam perkara ini hanya karena merasa iba dengan guru-guru honor yang kebanyakan adalah bawahannya. 

"Saya ini kan kepala sekolah pak. Jadi guru-guru honor itu sudah seperti anak saya sendiri. Mereka sangat dekat dengan saya. Mereka itu yang mendesak-desak saya untuk dibantu dalam proses seleksi P3K itu. Karena saya kasihan, saya bilang akan saya coba bantu," kenang Rohayu.

Dijelaskannya, bukan dirinya yang mencari-cari peserta untuk dibantu. Tetapi para guru honor itu yang menemuinya dan meminta dibantu, dicarikan jalan supaya bisa lulus P3K. Bahkan nilai uang yang rata-rata Rp45 juta tersebut, adalah hasil kesepakatan dan inisiatif para guru honor. 

"Saya bilang, ya udah saya coba cari jalan ya. Tapi karena takut, uang itu cuma saya simpan di rekening tabungan saya. Jadi begitu saya tahu tidak lulus, saya pulangkan uangnya," akunya seraya memastikan dirinya tidak ada mengurus kemana pun ibarat pepatah seperti menembak di atas kuda. (Hamnas).


Tidak ada komentar