Wamendagri Bima Jelaskan Dinas Kesehatan Berperan Dukung Program MBG Hingga Pengendalian Tembakau
Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto mengatakan, Dinas Kesehatan memiliki peran penting dalam mendukung berbagai program, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), penanganan tuberkulosis (TBC), stunting, hingga pengendalian tembakau (tobacco control). Ia menilai kesehatan menjadi salah satu aspek yang berkontribusi dalam menjadikan Indonesia sebagai negara maju di masa mendatang.
"Negara maju in 20 years time. Dan tidak mungkin mencapai itu apabila banyak PR terkait dengan faktor manusia [termasuk kesehatan] tidak selesai," katanya pada acara Pelatihan dan Lokakarya (Pentaloka) Nasional Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (Adinkes) di Hotel Lorin Dwangsa Solo, Jawa Tengah (Jateng), Selasa (21/10/2025).
Guna meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, Bima mengajak semua Kepala Dinas Kesehatan untuk bersama-sama mengawal program MBG. Ia meyakini MBG dapat membawa dampak positif bagi kesehatan anak-anak serta membangun ekosistem ekonomi baru di masyarakat.
"Jadi ke depan kita perbaiki sama-sama. Intinya makan bergizi ini bukan saja harus berdampak secara kesehatan untuk anak-anak ya, tetapi juga ada ekosistem yang dibangun untuk menyehatkan warga," ujarnya.
Terkait TBC, Bima menyebut Indonesia masih menempati urutan tertinggi. Namun, pemerintah akan terus melakukan berbagai upaya agar kasus ini dapat segera teratasi. Misalnya, membangun kolaborasi dengan pemangku kepentingan di bidang kesehatan, melakukan tracing, hingga screening kesehatan untuk melihat potensi penularan.
"Sudah ada protapnya (prosedur tetap), intervensinya seperti apa, baik yang positif atau negatif, screening. Saya hanya menggarisbawahi sekali lagi bahwa tolong para kepala daerah diingatkan betul," tegasnya.
Selain MBG dan TBC, Bima juga menyoroti penanganan stunting yang membutuhkan perhatian lebih, terutama mengenai data di masyarakat. Ia melihat masih banyak metode survei yang perlu diperbaiki. Untuk itu, ke depan ia berharap petugas kesehatan dapat turun langsung, sehingga persoalan data bisa diselesaikan dengan baik.
"Nah stunting ini memang persoalan utamanya adalah data tadi. Karena kadang metode surveinya tidak pas, hanya mengandalkan laporan dari teman-teman di wilayah, lurah, camat berdasarkan survei fisik," tegasnya.
Guna menyelesaikan persoalan tersebut, Bima mendorong kepala daerah dan jajarannya berkolaborasi dengan swasta dan perguruan tinggi. Ia mengatakan, Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dimanfaatkan untuk menangani masalah tersebut. Dirinya percaya, kolaborasi yang dibangun mampu memberikan intervensi, sehingga pertumbuhan angka stunting dapat ditekan.
"Saya kira kampus-kampus bisa berkolaborasi untuk data, [kemudian] forum CSR bisa berkolaborasi juga untuk intervensi yang dilakukan untuk stunting ini," imbuhnya.
Terkait pengendalian tembakau, Bima meminta kepada daerah untuk berkomitmen menjaga generasi muda dari ancaman rokok yang dapat merusak kesehatan.
"Tolong kuatkan iman Bapak-Ibu semua tidak digoda oleh sponsor-sponsor yang akan merusak generasi muda kita dengan ancaman tobacco," pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi, hadir dalam forum tersebut Ketua Umum Adinkes M. Subuh, Director for Tobacco Control Asia Pacific Vital Strategies Singapore Digital Vital Strategic Asia Pacific Tara Singh Bam, Kepala Dinas Kesehatan seluruh Indonesia, serta pejabat terkait lainnya. (Puspen Kemendagri).
Post a Comment