Ikuti Kelas Lemhannas, Peserta Retret Gelombang II Dialog Bersama Cari Penyelesaian Persoalan Di Daerah


Sumedang.Metro Sumut
Para kepala daerah dan wakil kepala daerah yang menjadi peserta Retret Gelombang II mengikuti kelas khusus yang dipandu oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Kelas tersebut merupakan penyampaian materi lanjutan dari pemaparan Gubernur Lemhannas TB Ace Hasan Syadzily. Dalam forum ini, peserta diajak berdialog secara mendalam untuk menggali berbagai persoalan aktual yang dihadapi masing-masing daerah.

Deputi Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Lemhannas Mayjen TNI Rido Hermawan mengatakan, kelas pembelajaran ini menekankan pentingnya pemahaman terhadap ketahanan nasional dan wawasan kebangsaan. Materi pembelajaran difokuskan pada empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.

Guna memperdalam pemahaman materi, para peserta dibagi ke dalam empat kelompok diskusi studi kasus sesuai dengan masing-masing konsensus. Setiap kelompok membahas persoalan ketimpangan ekonomi serta rasa persatuan dan kesatuan dari sudut pandang empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, ketika mereka kembali berkumpul, pandangan yang dihasilkan dapat saling melengkapi satu sama lain.

“Kalau itu (materi) empat konsensus dasar bangsa kita satukan dalam satu kelas nanti tidak fokus. Jadi kita bagi empat begitu,” ujar Rido usai memandu jalannya diskusi para peserta Retret Kepala Daerah Gelombang II di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (23/6/2025).

Dalam suasana diskusi yang antusias dan terbuka, para peserta saling berbagi pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi di daerah. Rido mengungkapkan bahwa banyak kepala daerah menemukan kesamaan persoalan, seperti ketimpangan ekonomi pascapandemi Covid-19, terutama di sektor pertanian. Selain itu, terdapat pula isu terkait kebutuhan akan regulasi yang lebih adaptif dalam menghadapi krisis.

“Mereka juga antusiasnya sangat bagus untuk bisa melihat bagaimana seharusnya kita ke depan untuk berbuat. Karena menurut mereka itu adalah tantangannya yang akan dihadapi,” ujarnya.

Sementara itu, Tenaga Profesional Bidang Ideologi Lemhannas Brigjen TNI (Purn) Paula Theresia yang juga menjadi pembicara, menceritakan antusiasme para peserta dalam mengikuti kelas. Ia mengatakan, dalam forum tersebut para peserta saling berdialog membahas persoalan yang dihadapi masing-masing daerah. Melalui dialog tersebut, para peserta dapat saling bersinergi dan berkolaborasi dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

“Antara wilayah yang satu dan yang lainnya punya kondisi yang berbeda-beda dan itu bisa kita kolaborasikan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan,” terangnya.

Ia menyebutkan peserta dari sejumlah daerah yang menjelaskan persoalan di wilayahnya masing-masing, sekaligus upaya penyelesaian yang telah dilakukan. Secara umum, penanganan persoalan dari daerah-daerah tersebut dilakukan dengan mengedepankan kearifan lokal. “Karena masing-masing wilayah itu punya kearifan-kearifan lokal masing-masing. Jadi ditumbuhkan kembalilah nilai-nilai kearifan lokal,” tandasnya. (Puspen Kemendagri).



Tidak ada komentar