Pendamping Desa Harus Kreatif Bangun Desa Mandiri
Medan.Metro
Sumut
Peranan
pendamping desa sangat strategis untuk memajukan dan mengembangkan desa. Oleh
karena itu, dituntut kreativitas para pendamping dalam mewujudkan desa yang
mandiri sehingga tidak semata hanya mengandalkan dana-dana bantuan dan dana
transfer dari pemerintah pusat.
“Pendamping
desa ini harus bisa menjadi motivator, mereka harus bisa memahami aturan-aturan
desa, membuat BUMDes, melakukan musyawarah desa. Ini yang perlu didorong.
Jangan hanya mengandalkan dana bantuan dan transfer dari pusat, tapi desa harus
kreatif untuk mewujudkan one village one product,” ujar Gubsu, Tengku Erry
Nuradi dalam kegiatan Penutupan Pelatihan Pratugas Pendamping Lokal Desa,
Program pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Provsu tahun 2017,
di hotel Polonia Medan, Minggu (8/10).
Turut
hadir, Kadis Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provsu, Aspan Sofian Batubara,
Ketua Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Sumut, Zainul Akhyar,
Konsultan Pendamping, para pelatih dan peserta pendamping desa.
Lebih
lanjut dikatakan Gubsu, untuk mewujudkan desa yang mandiri, maka dibutuhkan
pengelolaan APBDes yang kreatif. “Dana APBDes melalui BUMDes bisa mengelola
peralatan pesta, seperti tenda, catering. Dana awal dari dana desa dan
keuntungannya nanti masuk ke kas desa,” ujar Erry.
Dicontohkan
Erry di Jawa, ada Desa yang mengelola lahan pertanian, ada juga yang membuat
waduk-waduk kecil. Oleh karenanya, masing-masing desa memiliki karakteristik
tersendiri, karena potensi alam dan sumber dayanya tidak semua sama. Ada yang
berbasis pertanian, perdagangan, jasa dan ada juga desa yang berbasis UKM.
“Bagaimana
caranya satu desa bisa menciptakan satu produk, jadi satu desa itu ada ciri
khasnya, misalnya ada desa yang konsern terhadap perikanan darat, sehingga
hampir seluruh masyarakatnya beternak lele dumbo. Atau untuk menekan angka
inflasi bisa juga masyarakat desa menanam cabai,” jelas Erry.
Untuk
itulah, pendamping desa menurut Gubsu harus bisa berkreasi, kalau bekerja
biasa-biasa saja dan tidak maksimal maka desa yang dibimbingnya tidak akan
maju. “Makanya harus ada ide-ide yang luar biasa dan maksimal. Saya harap
jadikanlah diri kita bermanfaat untuk orang banyak,” imbau Erry.
Dalam
kesempatan itu, Erry juga mengatakan, tugas yang diemban pendamping desa merupakan
tugas yang mulia untuk mendampingi masyarakat desa, sebab saat ini pemerintah
sudah memberikan perhatian yang besar terhadap desa. “Saya bersyukur sebelum
menjadi Gubsu, saya pernah menjadi Wagubsu dan bupati dua priode di Sergai.
Tahun 2005 pertama saya jadi Bupati anggaran desanya sangat minim sekali. Namun
setelah keluarnya PP No 72 tahun 2006, di tahun 2007 dan 2008 kami memberikan
dan desa sebesar Rp50-Rp200 juta. Setelah itu kami juga memberikan sepeda motor
untuk kepala desa dan mudah-mudahan sekarang para bupati bisa mengikuti hal
itu,” papar Erry.
Di
sisi lain, lanjut Erry, Presiden RI Jokowi melalui nawacitanya berupaya
mewujudkan pembangunan dari pinggiran yakni harus dibangun dari desa. Seperti
diketahui kepemimpinan desa dipilih langsung oleh rakyat, tentu saja semua
orang bisa menduduki jabatan tersebut asal mendapatkan dukungan dari
masyarakat. Namun, hal ini menimbulkan masalah, dengan latar belakang pemimpin
desa yang berasal dari berbagai kalangan.
“Saat
ini di Indonesia jumlah kepala desa itu ada 72 ribu, diantaranya 5.418 ada di
Sumut. Perbedaan latar belakang kepala desa tentu saja bisa menjadi masalah
untuk mengelola dana desa yang besar, oleh karenanya dibutuhkan penyatuan
persepsi dan inilah yang akan dilakukan oleh pendamping desa,” terang Erry.
Kadis
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provsu, Aspan Sofian mengatakan, pelatihan ini
merupakan rangkaian dari proses rekrutmen pendamping local desa yang dilakukan
pada tanggal 1-5 September lalu. Pelatihan yang digelar mulai tanggal 30
September-8 Oktober berjalan dengan baik dan diikuti sebanyak 223 orang dengan
jumlah pelatih sebanyak 24 orang yang berasal dari tenaga ahli pemberdayaan
masyarakat dari kabupaten/kota dan pendamping desa senior.
“Secara
keseluruhan jumlah peserta ada 234 orang, namun yang hadir sebanyak 233 orang
karena 11 orang sudah bekerja di bidang lain sehingga tidak dibenarkan
pendamping desa bekerja di luar tugasnya. 223 pendamping ini nantinya akan
membina sebanyak 4 desa,” ujar Aspan.
Kegiatan
ini lanjut Aspan bertujuan untuk memberikan edukasi agar pendamping desa siap
secara mental, pengetahuan dan keterampilan sebelum diterjunkan ke lokasi
masing-masing. Adapun materi yang diberikan, diantaranya UU Desa, tata kelola
desa, system pengelolaan desa, pengelolaan anggaran desa hingga perencanaan
untuk pembangunan desa.
Ketua
APDESI Sumut, Zainul Akhyar mengharapkan dengan pelatihan ini, maka pendamping
desa diharapkan dapat berjuang bersama dengan kepala desa untuk membangun desa.
Sebab, kepala desa tidak semua memiliki SDM yang sama, sehingga diharapkan
pendamping desa juga dapat menjadi motivator dalam pengembangan menjadi desa
mandiri.
Sementara
itu, Pendamping Lokal Desa dari Kecamatan Sorkam Barat, Tapteng, Abdul Azis
Hutahuruk mengatakan, setelah mereka digembleng dan diberikan bimbingan oleh
pelatih diharapkannya masing-masing nantinya dapat mengimplementasikan
pengetahuan dan keterampilannya sebagai wujud nyata langsung ke daerah dan desa
masing-masing.
“Tentu
keikhlasan dan ketulusan dari para pelatih kita akan berbuah baik jika kita
mampu menunjukkan di tengah masyarakat sebagaimana idealnya seorang pendamping.
Kita memang bagian terkecil dari program ini, tapi kita layak berbuat yang
terbaik,” terang Azis.(Humas Provsu)-(Riva)
Post a Comment