Medan.Metro Sumut
Menteri Perindustrian Airlangga
Hartarto menyampaikan program vokasi industri di Sumatera Utara (Sumut)
terkendala terbatasnya jumlah industri besar dan sedang. Akibatnya jumlah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dibina oleh industri sangat kecil
dibandingkan jumlah SMK yang ada di provinsi tersebut. Untuk itu, Kementerian
Perindustrian (Kemenperin) menargetkan, sampai dengan tahun 2019 sebanyak 1.775
SMK yang akan dibina dan dikerjasamakan dengan perusahaan industri dengan
perkiraan jumlah tersertifikasi yang dihasilkan sebanyak 845.000 orang."Setelah
peluncuran pada hari ini telah tercapai sebanyak 1.240 SMK dengan 412
perusahaan industri," katanya pada acara Peluncuran Program Pendidikan
Vokasi Industri dalam Rangka Membangun Link an Match antara SMK dengan Industri
di Sumatera Bagian Utara yang meliputi Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, dan Kepulauan
Riau, Senin (2/10).
Ia mengatakan program vokasi
industri ini merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016
tentang revitalisasi SMK, Kementerian Perindustrian meluncurkan program
pendidikan vokasi industri dalam rangka membangun link and match antara SMK
dengan Industri, dengan harapan SMK ke depan dapat menghasilkan lulusan yang
kompeten dan siap kerja sesuai kebutuhan industri.
Peluncuran program pendidikan
vokasi industri, lanjutnya, telah dilaksanakan di wilayah pulau jawa melalui
beberapa tahap. Tahap I di Jawa Timur, melibatkan 50 perusahaan industri dan
234 SMK oleh Bapak Wakil Presiden. Tahap ke-II di Jawa Tengah, melibatkan 117
perusahaan industri dan 392 SMK oleh kami bersama dengan Mendikbud. Tahap
ke-III di Jawa Barat, melibatkan 141 perusahaan industri dan 393 SMK oleh Bapak
Presiden Rl."Hari ini adalah tahap lanjutan di Sumatera Bagian Utara.
Dimana dilakukan penandatanganan perjanjian antara industri dengan SMK.
Jumlahnya 104 perusahaan industri dengan 221 SMK yang diantaranya adalah 52
perusahaan di Sumut bekerjasama dengan 113 SMK," katanya.
Selain persoalan terbatasnya
jumlah industri untuk program vokasi industri, katanya, berdasarkan hasil
evaluasi terctata beberapa permasalahan yang ditemui pada SMK, seperti
kurikulum pendidikan yang digunakan belum mengakomodir kebutuhan kompetensi di
industri dan masih bersifat broadbased, sementara industri membutuhkan
kompetensi yang lebih spesialis. Kemduian, peralatan praktikum di SMK kurang
memadai dari segi jumlah dan teknologinya sangat tertinggal dari industri. "Belum
lagi jumlah guru bidang studi produktif masih sangat terbatas hanya 22% dari
jumlah guru SMK dan kurang memiliki pengalaman dalam hal praktik di
industri," sebutnya.
Setelah Wilayah Sumatera bagian
Utara pada hari ini. peluncuran Program Vokasi Industri alan diteruskan secara
bertahap untuk provinsi DKI lakarta dan Banten, serta Sumatera bagian Selatan
(Provinsi lambi. Bangkrut), Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Lampung).
Semantera itu Gubernur Sumut Dr
Ir H Tengku Erry Nuradi MSI berterima kasih karena Sumatera Utara dipercaya
menjadi tuan rumah peluncuran program pendidikan vokasi industri dan sekaligus
penandatanganan perjanjian kerjasama antara 82 perusahaan industri dengan 214
SMK dari Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan
Kepulauan Riau. Kegiatan ini menurut Gubsu sangatlah penting dalam mewujudkan
siswa SMK yang terampil, Inovatif.
Dijelaskan Gubsu, Provinsi
terletak di Pulau Sumatera Indonesia beribukota Medan dengan luas area
72.981,23 Km, berpenduduk 14.551.960 jiwa terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota
dengan semboyan berkarya, hidup sejahtera, mulia berbudaya. Oleh karenanya
peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu pilar utama
dalam kebijakan pemerataan ekonomi. Langkah strategsi dalam membangun SDM
kedepan perlu digencarkan karena persaingan global yang semakin kompetitif dan
akan lebih banyak variasi lapangan pekerjaan. Untuk menuju kearah peningkatan
kapasitas SDM perlu adanya sarana dan prasarana pendidikan khususnya fasilitas
pratikum yang memadai secara kuantitas, kualitas dan tehnologi sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja saat ini. Selain itu juga diperlukan guru yang produktif
guna penguatan keterampilan siswa. Sejalan dengan itu lulusan SMK harus
ditingkatkan kualitasnya sesuai standar kerja indutri. Peningkatan tersebut
melalui program pendidikan SMK Industri yang direalisasikan dalam bentuk
program Link and Match atau dual sistem.
"Sesungguhnya kita telah
berupaya meningkatkan kualitas lulusan SMK agar sesuai dengan tuntutan dunia
industri. Upaya tersebut meliputi perbaikan sarana dan prasarana, sistem
pembelajaran berorietasi pabrik (Teaching Factory), lembaga sertifikasi profesi
(LSP), dan bursa kerja khusus (BKK). Namun pelaksanaannya masih tersendat
karena industri belum membuka diri sepenuhnya untuk membantu keterampilan
lulusan SMK,"ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut Gubsu
juga menyampaikan terimakasih kepada Presiden yang memberi perhatian terhadap
SMK dengan lulusannya dan industri dengan kebutuhannya. Perhatian ini dalam
bentuk kebijakan yang dirumuskan kedalam Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentang
revitaslisasi sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam rangka peningkatan kualitas
dan daya saing sumber daya manusia indonesia sesuai dengan "Nawacita
Pemerintahan terkait pendidikan yakni,
Meningkatan kualitas hidup manusia indonesia program "Indonesia
Pintar" wajib belajar 12 tahun bebas pungutan. Meningkatan produktifitas
rakyat dan daya saing di pasar internasional dengan membangun sejumlah science
and technopark di kawasan Politeknik dan SMK-SMK dengan prasarana dan sarana
teknologi terkini. Melakukan revolusi karakter bangsa dan memperteguh
kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.(Humas Provsu)-(Riva)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar