Kebijakan Ekonomi Jangan Jadi Bom Waktu

Jakarta,Metro Sumut
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar sidang kabinet bersama para jajaran menteri-menterinya di Kabinet Indonesia Bersatu II. Isu perekonomian menjadi pembahasan sidang kali ini.

Informasi yang dihimpun Media ini, diakhir masa jabatan KIB jilid II yang menyisakan beberapa bulan, SBY mengingatkan agar menteri-menteri terkait tidak mengeluarkan kebijakan yang berdampak buruk bagi pemerintahan selanjutnya," Kebijakan yang akan kita tempuh terutama jangka pendek sisa masa bakti kita tahun 2014, meskipun kebijakan yang kita ambil selalu memiliki implikasi di masa depan. Oleh karena itu, kebijakan kita harus cermat sehingga tidak menjadi bom waktu bagi presiden yang akan datang," Ujar SBY saat membuka rapat di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (30/6).

Sejumlah isu perekonomian yang akan dibahas antara lain kebijakan fiskal atau APBN dan APBN-P yang telah disetujui DPR dan gejolak harga bahan kebutuhan pokok selama Ramadan. Tugas khusus ini diberikan SBY pada Menteri Koordinator bidang Perekonomian Chairul Tanjung," Saya amanahkan kepada Menko Perekonomian yang baru Pak Chairul Tanjung agar mengelola stabilitas harga sebaik-baiknya. Terutama harga bahan pokok yang sekarang kita memasuki bulan Ramadhan dan nanti Idul Fitri " Ungkap SBY.

Kepala Negara menjelaskan, kenaikan harga bahan pokok saat Ramadan dan Idul Fitri ini tidak terhindarkan. Sifatnya musiman. Meskipun tren setiap tahun selalu begitu, SBY tetap meminta menteri terkait mengelola sebaik-baiknya," Itu seperti kenaikan yang sifatnya seasonal. Harus kita kelola sebaik-baiknya karena pasar dapat memiliki keganjilan tertentu yang bisa mengganggu stabilitas harga bahan pokok itu “ jelas SBY.

Di sidang kabinet ini juga akan dibahas kemungkinan pembangunan infrastruktur kabel bawah laut dan perkembangan renegosiasi harga jual gas tangguh dengan China.

Terkait harga jual gas tangguh, SBY menyampaikan bahwa China menyetujui beberapa poin dalam renegosiasi. "Dulu ada isu kontrak tahun 2002 terlalu rendah, hanya USD 27 per mmbtu. Untuk mengubah kontrak itu tidak mudah. Kita masih berjuang dengan Tiongkok " Jelasnya.


SBY mengaku telah beberapa kali melakukan pertemuan dengan pihak China terkait ini. Disampaikan, bahwa negosiasi untuk harga jual gas tangguh harus dilakukan untuk keadilan. Pada kondisi ini, Indonesia merugi jika harga jual gas tangguh tidak dinaikkan,"Alhamdulilah saya dapat good news, ada perubahan. Kalau bisa diwujudkan tahun ini, lompatan akhir bisa mencapai 400 persen " Tutupnya.(Melvy)

Tidak ada komentar